Recents in Beach

Burung Emprit News

Cuaca panas terasa dunia mau kiamat. Terlihat Satria mundar mandir di teras rumahnya, sesekali Satria melihat jarum jam di tangan kirinya. "Panas-panas begini apa baiknya?" guman Satria sambil menepuk jidat.



Tak lama kemudian Satria yang masih berpikir keras sampai keringat dingin keluar membasahi seluruh pakaian, dikejutkan oleh bel pintu rumahnya berbunyi. "Oi.. cepat buka pintunya." teriak seseorang dari luar pagar besi yang berwarna biru muda.


Satria berlari kecil setelah melihat siapa yang datang. "Kebetulan kamu datang, kita bisa pergi bareng cari minuman segar."  Celetuk Satria sambil membuka pintu pagar.


"Ya, saya datang kesini mau mengajak kamu minum es dawet, menurut news terkini ada warung es dawet yang segar dan penjualnya pun bainol."  Amrana dengan nada serius berbicara.




"Boleh juga itu siapa tahu penjualnya bisa digait." jawab Satria penuh semangat. "Kebetulan juga, Nyonya lagi pergi shoping."  lanjut Satria sambil menutup pintu pagar dan kemudia naik motor yang dikendarai Amrana.


Amrana dan Satria adalah sahabat baik. Mereka berdua adalah mantan pejabat negara yang porak poranda oleh  badai topan hingga seluruh kota hancur lebur. Sejak kejadian itulah Amrana dan Satria kehilangan banyak kerabat, teman, dan bahkan warung kopi dimana tempat mereka tongkrongan sambil melihat pemandangan kota menjelang senja. Warung kopi dipinggiran kota yang dikenal pemiliknya super ramah dan entah berapa banyak kerugian warung kopi itu ketika kotanya hancur lebur. 


Banyak pula yang mendapat keuntungan dari warung kopi ini, karena tidak perlu membayar kasbon yang sudah menumpuk berlipat ganda. Termasuk Satria dan Amrana, konon menurut berita yang dibawakan burung emprit milik kang Djacka utang mereka di warung kopi sudah kelewatan batas. Disinilah keuntungan mereka berdua.


Matahari semakin meninggi ketika Satria dan Amrana sampai persimpangan jalan, mereka berdua bingung arah mana yang harus ditempuh. Satria yang yang memiliki pemikiran super cerdik segera meminta SmartPhone milik Amrana. "Google Maps ... petunjuk jalan yang tak ada duanya." suara Satria keras di samping telingan Amrana. 


Sementara itu di warung es dawet milik kang No atau yang terkenal es dawet penjual bainol, terlihat dua pria yang sedang ngobrol, gelak tawa mereka menyemarakkan ruangan, di depannya sudah beberapa gelas kosong bekas es dawet yang mereka minum.


"Kang Djack... saya kok jadi ingat warung kopi milikku dulu, waktu itu ramai sekali meski banyak yang minta kasbon." suara eMDe dengan mimik sedih, tangannya sambil memutar mutar gelas yang masih setengah es dawet didalamnya.


"Hmmm... selain itu kita banyak kehilangan teman, entah kemana mereka ngungsi." Djacka menatap lepas kedepan.


Obrolan mereka berdua didengar oleh pemilik warung, dengan suara yang lembut bagaikan bencong kesiangan, kang No yang memakai rok mini dan berdandan seperti wanita menarik kursi yang ada disebelah eMDe. 


"Obrolan kalian mengingatkan aku, pada penjual kopi dipinggiran kota, dulu warung itu dindingnya berwarna biru. Penjualnya ramah, juga termasuk playboy.. He.. he." celoteh kang No.


Djacka dan eMDe saling berpandangan, kemudian menatap kang No pemilik warung es dawet secara bersamaan dan penuh tanda tanya. Memang mereka akui wajah kang No yang dandan seperti wanita nampak cantik, parasnya yang cantik tak ada yang mengira kang No ini pria tulen. Tapi entah kenapa kang No harus dandan sebegitu rupa hingga warung es dawetnya dibanjiri pengunjung.


Kang No berdiri lalu pergi menyambut tamu yang datang, "mau minum es dawet, mas?" suara kang No lembut sekali sehingga membuat hati Satria berdetak kencang, begitupun Amrana, karena penjual es dawet yang terkenal bainol ternyata bencong.


Satria dan Amrana melangkah masuk warung, langkahnya lunglai karena pemilik warung es dawet bukan wanita yang seperti dalam pikirannya melainkan bencong yang seksi, tapi yang mengherankan pengunjungnya banyak sekali hingga tersisa dua kursi saja.


"Sini ada kursi kosong, mas." teriak eMDe ketika melihat dua tamu sedang memcari cari tempat duduk. Mendengar suara itu Amrana berteriak "eMDe...? suara itu tak asing lagi meski sudah lama tak bertemu." lanjutnya.


Satria pun tak kalah kagetnya kini jantungnya terasa mau lepas dari raganya, kenapa tidak karena bertemu dengan eMDe pemilik warung kopi di kota mereka tinggal dulu. Melihat Satria yang kelihatan panik, muka pun pucat seperti melihat kuntilanak di siang hari, eMDe segera bangkit. "Bang Satria, senang bisa bertemu disini, silahkan duduk." suara lembut eMDe bagaikan air es, hingga bikin hati Satria sejuk. "Pak RT... silahkan duduk." Djacka pun tak mau kalah mempersilahkan Amrana.


Dipanggil pak RT Amrana pun tersenyum, "pertemuan tak direncanakan, kita bisa bertemu di warung es dawet ini." 


Sementara itu Rini dan Lisa nampak gelisah di lobi hotel tempat mereka menginap, mereka menunggu Bimbim yang berjanji menjemputnya. "Lama benar ya Lis..." suara tak sabar Rini. Lisa hanya tersenyum sambil matanya tak lepas dari layar smartphonenya. Tak lama kemudian sebuah mobil warna putih berhenti di depan mereka, betapa terkejutnya Rini dan Lisa ketika kaca pintu mobil diturunkan
Sesosok pria yang tak asing bagi mereka berdua. "Mas Agus..." teriak Rini sambil menarik tangan Lisa seakan tak sabar masuk dalam mobil.

"Maaf, mbak Rin, Lis.. lambat datang, tadi mampir rumah mas Agus dulu." Bimbim berbicara pelan.

Mobil warna putih yang dikemudi Bimbim melaju pelan di ibu kota Jakarta, suara canda tawa terdengar riang, rasa persahabatan yang mereka jalin sejak lama terasa hangat, meski beberapa waktu lalu sempat ada jarak pemisah. "Kita sampai..." suara Lisa penuh semangat.

Agus dan Bimbim tersenyum bersamaan, kemudian mereka keluar mobil dan mengikuti Rini dan Lisa yang berjalan di depannya. Sementara itu Kang No pemilik warung es dawet segera keluar menyambut kedatangan mereka. Dengan logat yang dibuat-buat Kang No menjabat tangan Rini, Lisa melihat hal itu segera angkat bicara "sudah-sudah... Kami haus Kang No.."

Kang No pun tersenyum lalu melepas tangannya, Rini tersenyum seakan ada kebahagian tersendiri bisa bertemu dengan sahabatnya yang sekian lama berpisah. Sementara Amrana, Satria, eMDe, Djacka, terkejut mendengar obrolan orang yang baru datang apa lagi mereka menyebut nama Kang No, mereka menoleh ke arah pintu bersamaan bagaikan dikomando, memanggil "Mbak Rini, Mbak Lisa...!"

Mendengar namanya dipanggil Rini dan Lisa pun menoleh ke arah datangnya suara, betapa terkejutnya mereka setelah melihat siapa yang memanggilnya. Rini, Lisa, Bimbim, Agus melangkah menuju tempat mereka. 

Pertemuan tanpa rencana, mereka bisa berkumpul, bercanda, bercerita. Gelak tawa mereka pun tak dapat dibendung dengan apapun, bahkan rasa kecewa yang dialami Satria dan Amrana pun sirna tanpa bekas.
Mereka berharap bisa selalu kumpul, bercanda, berbagi imajinasi, dan bisa saling nyimak, kunbal, nice post, folback. Dll.




Posting Komentar

0 Komentar