Recents in Beach

Tak Selamanya Pahit



Jarum jam menunjukkan pukul 07.15 ketika Farida terbangun dari tidurnya. "Astaga...! Aku kesiangan." ucapnya sambil bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi Farida segera berangkat ke tempat kerja tanpa sarapan terlebih dulu. Jalan lengang, ketika laju mobil yang dikendarai Farida melaju dengan cepat. Tak butuh waktu lama akhirnya Farida sampai di tempat kerjanya.

"Ida...?"

Farida menghentikan langkahnya, melihat ke arah datangnya suara. Rasa tak percaya ketika mata Farida menatap sesosok lelaki yang tak asing lagi baginya. "Indra...?" gumamnya. Farida melangkah mendekati tempat lelaki itu berdiri. Senyuman terukir dari bibir lelaki di hadapan Farida, kemudian Farida 'pun mengulurkan tangan. Mereka berjabat tangan, "Indra...? Aku tak salah 'kan?" ucap Farida lirih memastikan sambil melepas tangannya.

"Tidak...! Anda tidak salah. Aku Indra, gimana makin ganteng 'kan?" jawab Indra sambil tersenyum.

"Alah... biasa saja kali, ya." jawab Farida bersahaja.

"Luar biasa 'kan maksud Anda, Farida?" Indra tersenyum sambil menyentil hidung Farida. "Ok... nanti kita lanjut ngobrolnya, sekarang kita masuk kerja dulu." Kembali Indra bersuara sambil melihat jarum jam di tangannya.

Farida mengganguk dan tersenyum. Senyuman manis Farida yang selalu mengoda Indra sejak dulu ia rasakan. Namun, sayangnya hati Farida berada di hati lelaki lain. Hingga Indra menyimpan dalam-dalam rasa cintanya ke Farida dan memilih menjadi pengagum rahasia.

●●●


Panorama senja begitu indah, secangkir kopi berada di atas meja, aroma kopi menghilangkan lelah yang Farida rasakan. Farida berdiri dari tempat duduknya. Perlahan tangannya membuka jendelan kamar. Matanya menatap jauh ke arah senja, angannya kembali mengenang mimpinya semalam ketika Farida bertemu Doni di taman. Hatinya pedih bagai tersayat sembilu ketika teringat Doni yang begitu saja meninggalkan tanpa sebuah alasan yang pasti.

"Mas, tidak masak? Kita makan apa?"

Suara keras dari luar kamar mengejutkan lamunan Farida. "Ahhhh... kakak! Kenapa kebisingan ini selalu aku dengar ketika kakak pulang kerja." gumam Farida sambil melangkah lesu dan duduk di kursi, tanganya meraih cangkir kopi yang dari tadi dibiarkan hingga kopi 'pun sudah dingin kemudian Farida tinggalkan.

Farida merasa lelah dengan keadaan di rumah yang selalu mendengar kemarahan kakak iparnya, lalu Farida ke luar kamar dan mengemudi mobil kesayangannya. Tanpa tujuan pasti mobil warna merah yang dikemudi Farida melaju pelan. Farida membelokan mobil memasuki halaman Starbucks coffe, setelah parkir Farida memasuki Starbucks coffe dan memilih tempat di sudut ruangan. Di Starbucks coffe tempat Farida menghabiskan waktu ketika menghindari bertengkaran kakaknya. Aroma kopi mampu mengembalikan pikiran yang tidak menentu hingga dapat menemukan ketenangan dan dapat berpikir jernih lagi.

"Ting Tong.." ponsel Farida berbunyi pertanda ada pesan masuk. Farida mengambil SmartPhone yang ada di tas kecil yang Farida letakan di kursi samping duduknya. Farida 'pun membaca pesan singkat yang baru masuk.

"Assalamuallaikum, malam ini bisa menemani saya ngopi?"

"Waalikumsalam, bisa. Posisi dimana?" Farida membalas pesan.

Tak lama pesan masuk lagi "Starbucks coffe."

Belum lagi Farida membalas pesan singkat itu, di hadapannya berdiri sesosok yang mengirim pesan. Dengan sungging senyum di bibir sosok manusia di hadapan Farida mampu mengusik hati Farida yang membeku setelah ke pergian Doni. Tatapan mata beradu seakan ada kekuatan mesterius hingga membuat keduanya saling membisu.

Hening

"Maaf, mau pesan coffe apa?" suara pelayan Starbucks coffe mengejutkan suasana yang hening.

Sosok yang ada dihadapan Farida tak lain adalah Indra segera memesan kopi hitam. Pelayan dengan sigap mencatatan pesanan dan kemudian berlalu.

"Kok tahu aku disini?" Farida memulai obrolan.

"Mungkin kebetulan." jawab Indra dengan nada tenang.

"Bisa jadi." Farida 'pun menjawab.

"Kopi ini warnanya hitam dan rasanya pahit, tapi kenapa aromanya mampu membuat orang stres jadi sehat lagi?" suara Farida sambil ke dua telapak tangannya memegang cangkir kopi.

Indra tersenyum mendengarnya, kemudian berkata, "Begitulah Tuhan menciptakannya, jika kopi hitam ini dicampur dengan susu maka warna dan rasanya 'pun berubah, begitupun aromanya yang membuat orang mati rasa bangkit lagi."

"Sama seperti kehidupan yang kita jalani, tidak selamanya hitam dan pahit, tapi jika kita bisa mesyukuri dan berusaha pasti rasa pahit dan warna hitam akan berubah, tergantung kita sendiri bagaimana menambah, mencapur, dan mengaduknya." Indra melanjutkan perkatannya sambil menambahkan gula dan susu pada kopinya.

Farida menyembunyikan rasa terkejutnya, lalu berkata, "Betul."

"Betul apanya?" Indra menjawab sambil tersenyum.

"Betul rasanya yang berubah." suara lirih Farida hampir tak terdengar oleh Indra.

"Hahahaha...." keduanya tertawa bersamaan sambil menikmati kopinya masing-masing.

Posting Komentar

10 Komentar

  1. wew,, ada namaku di situ..hi..hi..

    BalasHapus
  2. Kalau kopi pasti selamanya pahit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.. kalau ditambah gula ada rasa manisnya.. hehe

      Hapus
  3. Ini nih saya demen. Kalo ada yang posting cerpen pasti saya langsung banyak inspirasi untuk buat cerpen.

    “Tatapan mata beradu seakan ada kekuatan mesterius hingga membuat keduanya saling membisu”

    Istimewa sekali kalimat ini, menurut saya inilah seni.

    Mbkku mbk Lisa, bikin postingan motivasi donk.
    Tentang bagaimana kita mengembangkan sebuah minat, menentukan minat yang benar benar pas dengan kita.


    Itu aja sih, komentar saya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. komentarnya boleh ditambah.

      Lama nggak nulis cerpen rada kaku.. hehe

      Ya, nanti saya coba menulis..

      Hapus
    2. Ayo mbk, ramaikan dunia blogging lagi...

      Rekomendasikan juga buat saya sebuah komunitas blogging...

      Hapus
  4. Seperti kehidupan. sesusah apapun hidup pasti tetap dijalani dengan cara apapun agar tetap senang atau bahagia... Begitu juga kopi, sepahit apapun tetap diminum, apalagi kalau bertamu, diem-diem bae :D merasakan paitnya kopi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar lebih nikmat kopi pahit campur madu Pak Sahroni, jadi jami sekalian tuh

      Hapus
    2. Haha.. tetap dinikmati meski dalam hati menolak.

      Hapus