Recents in Beach

Sahabat Maya


Sahabat Maya

"Starbucks coffe, Pak." suara lirih Dewi sambil menutup pintu taksi.
Suasana hening hanya desiran mesin taksi yang terdengar, hingga akhirnya taksi yang ditumpangi Dewi berhenti di depan Starbuks coffe. Setelah Dewi membayar ongkos taksi, ia memasuki Caffe itu dengan langkah agak tergesa-gesa. "Ah, sudah banyak pengunjung." gumam Dewi.

Dewi terus melangkah masuk hingga akhirnya ia memilih tempat duduk di sudut ruangan yang menghadap ke arah kolam renang. Ya, bangunan itu disusun sedemikian rupa, sehingga pengunjung betah di dalamnya, sambil menikmati kopi beraneka rasa yang mereka pesan.

Alunan lagu melodi terdengar merdu di setiap sudut ruangan menambah suasana yang sangat menyenangkan dan seakan mereka yang di dalam caffe ini tak ada beban masing-masing. Begitulah suasana musim liburan, mereka banyak menghabiskan waktunya di Starbuks coffe.

"Sudah lama menunggu? Maaf, agak lambat datang." suara itu mengejutkan Dewi.

Dewi hanya tersenyum dan mempersilahkan mereka duduk. Andy dan Vera adalah teman baik Dewi, meskipun mereka hanya berkenalan dari media sosial, tapi itu semua tak mengurangi rasa persahabatannya.

"Akhirnya kita bisa bertemu," Ucap Vera sambil tersenyum.

"Ya, senang bisa bertemu nyata denganmu, Dewi!" Andy menyela.

Vera adalah seorang wanita cantik dan menyukai traveling, sedangkan Andy seorang pria yang cukup dibilang lumayan tampan, dengan kumis tipis pria ini nampak begitu wibawa. Dewi, Vera, dan Andy sudah cukup lama berkenalan, namun belum pernah sebelumnya bertemu nyata, mereka hanya menghabiskan obrolan di media sosial dan terkadang berbicara di webcam.
Dewi memanggil pelayan caffe untuk memesan minuman, dan tak berapa lama minuman yang ia pesan terhidang. Aroma caffe litte begitu mengoda sehingga Dewi tak tahan untuk segera meminumnya.

"Bagaimana, kamu belum ingin menikah, Dewi?" Andy memulai pembicaraan.

"Atau kamu sama Andy saja, Wi." Sela Vera.

Dewi terdiam, ia kembali mengenang 3 tahun yang lalu, ketika itu pertama kali ia mengenal sesosok pria di media sosial dan pria itu sempat singgah di relung hati Dewi, namun akhirnya Dewi harus mengubur rasa itu, setelah ia tahu pria itu punya kekasih. Semenjak itu Dewi tak mengenal lagi apa itu cinta.

"Hai! Pertanyaan ku belum dijawab, kok malah melamun." Andy bersuara lagi sambil tangannya dilambaikan di depan Dewi.

"Kamu sendiri bagaimana dengan istri kamu? Sudah punya buah hati?" Dewi balik bertanya kepada Andy.

Andy hanya tersenyum, kemudian meneguk kopinya. Lalu Andy mulai bercerita tentang kehidupan rumah tangganya, yang harus berakhir dengan perceraian. Dewi dan Vera mendengarkan dengan seksama tanpa menyela sepatah kata pun. Andy terus bercerita.

"Kenapa kita sama, Andy?" Sela Vera tiba-tiba.

"Maksud kamu?" Ucap Andy dan Dewi bersamaan sambil menatap ke arah Vera.

Vera menunduk seakan merasakan kepedihan dalam kehidupan rumah tangganya, suami yang ia cintai kini berubah banyak, dan membuat Vera semakin tersiksa hingga akhirnya Vera harus menginap di rumah orang tuanya. Namun sampai disitu suaminya tak ada mencari bahkan mengirim pesan ataupun menelpon. Tanpa disadari butir-butir bening jatuh di pipinya. Dewi dan Andy yang melihat Vera menangis semakin tak mengerti. Vera sadar kedua temannya merasa heran lalu ia menyeka air matanya.

"Ah, sudahlah jangan menangis," Dewi dengan suara pelan menenangkan Vera.

"Selama ini, apa saja yang kalian lakukan? Setelah media tempat kita chatting gulung tikar." lanjut Dewi mengalihkan topik obrolan.

"Di Facebook saja, kadang-kadang di BBM." Andy menjawab dengan tenang.

"Saya hampir sama dengan Andy, Wi." Vera menimpali.

"Bagaimana dengan blog kamu, Wi? Aku lihat kamu fokus jadi blogger sekarang." Andy berkata sambil menatap Dewi.

Dewi yang ditatap sedemikian rupa, salah tingkah dan hatinya bergumam; "Dari mana dia tahu kalau aku sekarang memilih jadi blogger, dari pada chatting yang tak bermutu."

"Jadi blogger 'kan ada penghasilan," Vera kembali angkat bicara.

"Ya, nggak juga sih, saya mengelola blog hanya sekedar mengisi waktu luang," Dewi menjawab dengan nada bersahaja.

"Mengisi waktu luang apa karena pelarian?" Vera menjawab dengan serius.
"Hahahaha...!" Mereka tertawa bersamaan.


***

Malam semakin larut Vera masih belum bisa memejamkan matanya, ia masih terus larut dalam kesedihannya. Pertemuan dengan sahabatnya tadi siang tak juga membuat ia lebih bersemangat.  Butiran air mata terus membasahi pipinya yang mulus.

"Setiap masalah pasti ada jalan penyelesaiannya, jangan terus diratapi karena kamu akan semakin tersiksa. Kamu sudah berusaha bertahan, tapi tidak harus kamu menyiksa diri sendiri. Ayo, bangkitlah, tunjukkan kalau kamu wanita tegar. Mana Vera yang dulu?"

Kalimat itu terngiang ditelingan Vera. "Memang kamu benar, Dewi. Terkadang kamu itu seperti orang tua, yang selalu menasehati anak-anaknya. Terkadang kamu itu seperti anak-anak yang ingin di mengerti. Aku kagum dengan prinsip hidupmu." gumam Vera.
Kemudian Vera menyeka air matanya dan mencoba untuk melupakan masalahnya.

***

Sementara itu, Andy yang sedang rebahan di sofa sambil memainkan ponselnya, ia membuka galeri, dipandangi foto Dewi yang ia diam-diam memotretnya saat di Starbuks coffe tadi siang. Andy tersenyum, tangannya mengusap layar ponsel dan tepat pada pipi Dewi; "Tak disangka ternyata kamu lebih cantik dari foto-foto kamu," Andy berbicara sendiri.

Ya, tak dipungkiri Dewi yang memiliki tubuh langsing, berkulit bersih memang lebih cantik dari foto-foto yang ia unggah di akun sosmed nya. Andy semakin tenggelam memandangi satu per satu foto di ponselnya.

Tak lama kemudian Andy membuka aplikasi BBM, dan tangannya mengetik huruf demi huruf. "Hai, sudah tidurkah?" Dan kemudian tombol kirim ditekan.

Tak berapa lama pesan itu dibalas oleh Dewi; "Belum, masih siapakan edit ilutrasi artikel. Hehehe."

"Ada waktu tidak?" Jawab Andy.

"Ada dunk!" Balas Dewi.

"Wi...!" Mau kamu jadi pacarku?" dengan penuh keberanian Andy mengirim pesan itu ke Dewi.

Namun, pesan yang dikirim itu hanya dibaca oleh Dewi. Andy dengan gelisa menunggu balasan sambil berharap Dewi menerimanya. Dan akhirnya ia tertidur di sofa itu.  Jarum jam menunjukan pukul 3 pagi, Andy terbangun melihat ponselnya. Ternyata ia mendapat balasan dari Dewi, tangannya dengan cekatan membuka pesan itu.

"Andy... Andy...! Ternyata kamu masih suka gombal, penyakit itu belum bisa sembuh dari diri kamu. Hahaha."

Jawaban dari Dewi telak menghantam dadanya, apa yang diharapkan kini hanya mendapat balasan yang sangat tidak diinginkan.  "Sial, orang serius, malah cuma dianggap gombal." gerutu Andy sambil meletakan ponselnya di atas sofa, lalu ia berdiri menuju kamarnya, setelah sampai di kamar tubuhnya dihempaskan dan kembali melanjutkan tidurnya.


Selesai

Karya: Lisa Nel
Catatan: Cerita ngawur, ide kurang tidur, ditulis saat di Starbuks Coffe.

Posting Komentar

28 Komentar

  1. Ya gitu rasanya sebal kalo serius dianggap gombal doang
    😀

    BalasHapus
  2. He..he..
    Persahabatan dialam maya terkadang bisa banyak memunculkan ide bagus ya.

    Tapi, tak sebagus nasib andi yang belum mendapat respon dewi.. 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya andi harusnya punya umpan yang lebih jitu karena Dewi bagaikan ikan belut.. Haha

      Hapus
  3. wohh.. tempat nongkrongnya di Starbuks Coffee :O

    BalasHapus
  4. sukeren banget kalau orang kota mah, bete nya masuk setarbak copi, sambil nulis blog, hasilnya jadi artikel perkeliruan kalau kata sayah mah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mah belum pernah ke setarbak copi teh kalau di lembur sering bikin teh tubruk, sarua meureun nyak mang?

      Hapus
    2. sarua blah mananya, coba?
      bentuk dan tampilan serta pelayannya ge beda jeh...starbak mah seksieh atuh pelayannya teh....ih

      Hapus
    3. Hahaha, teh tubuk asyik juga mang maman, tspi lebih asik kopi seperti kata mang lembu. :)

      Hapus
  5. Kalau punya bakat menulis mah apa saja bisa jadi bahan tulisan, seperti neng Lisa ini contohnya, kalau saya boleh usul buat buku cerita atau novel aja selain nulis di blog, pasti laris manis...

    BalasHapus
  6. Suka bamget cerita mas..

    Kisah cinta dan kisah rumahtangga

    BalasHapus
  7. Dewi kok tahu ya kalau andy sedang lihat potonya saat sedang rebahan di sofa? Walaupun poto itu hasil curian.., atau jangan2 waktu di starbucks coffe mereka berdua (andy dan dewi) saling curi2 padang.?

    ya kayak yang di lagu itu lho..

    Curi curi curi kau curi hatiku
    Lagi lagi lagi kau lagi yang curi
    Senyum senyum senyum kau senyum hatiku
    aku salah tingkah rasanya.., hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, bisa jadi curi curi pandang, dan dewi pura2 malu :)

      Hapus
  8. Sepertinya ada nuansa masa lalu ketika masih berada di rumah yang dulu. Haha

    BalasHapus
  9. dat moment ketika kamu ngomong srius tp dibilang gombal.. metode lain buat ngefrienzonin kamu haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Betul betul biasanya kelusrkan metode yang jitu :)

      Hapus
  10. bagus juga ceritanya.
    aihh kalo serius malah dianggap gombal itu rasanya, mbuhh banget lah.
    ini cerita ngawur, ide kurang tidur aja kek gini nah apalagi kalo gak ngawur coba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya seperti kopi pait.. Haha
      Mungkin lebih baik lagi dari ini. :)

      Hapus
  11. pengen juga sih ke starbak, cuma didaerah saya belum ada, dan takut sama jajanan yang disana, lha wong secangkir kopi disana bisa buat beli selusing kopi di angkringan

    BalasHapus