Recents in Beach

Diary Hati





Malam semakin larut, jarum jam menunjukan angka 11.00, ketika pesan emailmu aku terima, namun entah kenapa aku enggan untuk membalasnya. Aku melihat akun WhatsApp, pesanku hanya kamu read. "Hmmm..." gumamku.

Aku mencoba menutup mata namun hati tak mau bersahabat, rasa gelisah terus menyelinap diantara lekuan pori-pori aliran darah. Sesak di dada tak bisa ditahan lagi, terasa pedih seperti luka yang terkena percikan air garam. Aku tak ingin suasa dingin terus berlarut, katakan apa yang membuat malam ini terasa dingin, yang mampu membangkitkan luka yang telah sirna.

Sebetulnya aku bahagia bersamamu. Itu yang dapat aku rasakan. Kenapa, kamu dingin bagaikan hembusan angin di musim gugur ini? Aku tak mau suasana ini menjadi dingin. Aku sadar, sering membuatmu marah, dan menjadi orang yang menyebalkan bagimu.

Tahukah kamu, sebenarnya aku sangat merindukanmu, aku ingin cepat pulang, aku ingin cepat disampingmu dalam nyata, bukan hanya dalam hayalan. Aku ingin menjaga putik bunga ini tumbuh dengan sempurna, hingga ia akan mekar di antara hembusan angin di musim gugur yang siap meniupnya hingga bunga itu gugur seperti dedaunan yang telah menguning. Namun, aku akan tetap menjaga dari tiupan angin. Sudahi dingin ini yang menbuat tak nyaman, yang bikin hati tak tenang.

Aku ingin setiap akhir malam, mata terpejam dengan tenang setelah kalimat ya kau ucapkan  "Ayo... bobo yang tenang."

Posting Komentar

0 Komentar