Recents in Beach

Cerbung : Bianglala Masa Lalu

Bianglala Masa Lalu Bagian 1

Aku menarik nafas dalam-dalam, temaram malam yang dihiasi bintang-bintang nampak tak bersahabat, semilir angin menerbangkan dedaunan di musim kemarau ini, aku menatap jauh ke sebuah bangunan yang berhadapan dengan apartemenku, nampak jelas lampu bersinar terang di balik cendela kaca yang tak tertutup oleh sehelai korden. Di bangunan itu, tinggal seorang lelaki yang baik hati, selalu memberi semangat, dan juga yang mencarikan pekerjaanku di kota ini waktu itu. Selain itu, dia sesosok yang aneh menurut ku, di kala aku senang ia diam seribu bahasa bahkan cuek terhadapku, tapi, ketika aku sakit ia hadir di sampingku dengan membawakan penyejuk hati.

"Saya pikir, selama ini kamu fokus akan pekerjaanmu, tapi ternyata sedang menjalin cinta. Apakah belum jerah, dengan apa yang sudah terjadi pada dirimu? Sudah, berhentilah, cinta maya akan membuatmu sakit!"

Kata-katanya itu membuat aku menyadari, bahwa selama ini aku telah lupa apa tujuan awalku datang ke Jakarta ini; "Ya, memang kamu seorang yang sangat bijak, Andika!" Gumamku.

Andika adalah atasan Vita bahkan ia pun juga bukan asli penduduk Jakarta, ia sangat membantu Vita, ketika Vita masih sangat asing di Jakarta. Awalnya hanya perhatian biasa, sebagaimana atasan membantu bawahan dan karyawan baru. Lama-lama perhatian Andika melebihi dan akhirnya pada yang bersifat pribadi.

"Sebagai sesama pendatang, aku ingin melindungimu, Kalau ada apa-apa jangan sungkan Vit, aku selalu siap membantumu." Entah sudah berapa kali kalimat itu dilontarkan Andika pada Vita.

Angin malam semakin ganas menggerayangi wajah Vita, namun ia belum ingin beranjak untuk menutup jendela kamarnya. Sejenak ia menggeser tubuhnya untuk meluruskan punggungnya yang mulai berontak karena hampir satu jam ia tak merubah posisi.

Saat mengambil cangkir kopi yang mulai dingin, sekelebat pigura foto di meja menyita perhatianya. Foto ayah bundanya dan Bowo adik laki-lakinya. Hal itu membuat benang rindu kampung halaman merajai benaknya. Rindu bunda yang sedikit keras, namun sangat menyayanginya, dan ayah yang lebih memanjakan, serta Bowo yang sering buat Vita kesal dengan keusilanya.

Namun ketika angannya mengenang pada sebuah nama, entah kenapa ada rasa enggan yang kemudian memupuskan untuk pulang. "Entah sampai kapan aku bisa menguburkan cintaku padanya," lirih rintih Vita.

Ingatannya seperti di kembalikan pada lima tahun silam. Senyuman yang begitu lekat, dan mugkin sampai kapanpun tak akan pernah lepas dari relung hatinya. Bahkan hingga kini, kebersamaanya dengan Ridwan menariknya pada dimensi magis bernama nostalgia. Dalam zona itu , sakit hati macam apapun berubah menjadi sesuatu yang menenteramkan hati untuk diingat.

Vita sangat mengenali perempuan yang tangannya digenggaman kekasihnya. Vita bukan wanita tanpa hati yang merasa harus menanyakan apa maksud dari genggaman itu.

“Aku harus menikahi Yuni, Vit." Mendengar penuturan singkat itu, hanya memejamkan mata yang mampu Vita lakukan.

Sebenarnya Vita adalah sosok wanita yang tegar bagaikan batu karang, sehingga butuh gempuran keras untuk menggesernya.Tapi ketika kedatangan Ridwan malam itu yang seharusnya untuknya, ternyata membawa sebuah penjelasan singkat dengan suara yang begitu lemah, mampu meruntuhkan apa yang selama ini sangat diyakini.

"Megapa dan kenapa? Dari siang sebelumnya, setahuku kamu masih kekasihku. Aku tak pernah mendengar kamu memutuskan hubungan kita. Suatu yang berlebihankah kalau aku menuntut sebuah penjelasan?"

Ahkirnya Vita bersikukuh, meredam semua itu tak ingin seorangpun tahu apa yang dipikir dan dirasakanya. Walau hancur ibarat butiran debu hatinya saat itu, tapi Vita masih bisa menahan bendungan airmata. Secara bergantian ia tatap dengan pandangan redup dua manusia di depannya, yang menurutnya tak memiliki hati itu secara bergantian.

"Kami sudah melakukan kesalahan," Ridwan menjawab lirih nyaris tak terdengar, hanya matanya yang menatap lekat di bola mata Vita . Tatapan mata Ridwan selalu menyiratkan keberanian yang besar. Vita hanya terdiam, lalu matanya bergerak ke arah Yuni. Seorang perempuan yang usianya setahun lebih muda darinya, dan selama ini sudah diposisi sahabat, yang hampir tak terpisahkan, tapi menelikung dari belakang. Dan adilkah jika aku hanya menyalahkan dia, sementara Ridwan yang seharusnya bertanggung jawab karena tak juga menjaga cintanya?

"Aku sangat mengerti. Aku hanya manusia biasa seperti kalian. Dan aku tahu, semua orang bisa saja setiap saat melakukan kesalahan, serta ada orang lain terlibat maupun ditinggalkan. Hanya saja kenapa aku yang harus terlibat?"

Yuni menangis, setelah sebelumnya menatap kearah lain, namun Vita masih bisa tersenyum.

Dua hari kemudian, Vita merasa sesak dadanya saat melafalkan berbagai pengertian itu, sambil mengemasi pakaian kedalam tas. Rasanya tak ada yang bisa membendung langkahnya yang dibaluri api untuk meninggalkan rumah. Bahkan bunda ayah dan adiknya. Dia menjinjing tas dan berjalan dengan tegar sampai ke dalam mobil jemputan dari instansi di mana ia akan bekerja nanti. Di sana, setelah masuk dalam mobil, ketika tak seorang pun melihat, dia menangis sejadi-jadinya.

Pada awalnya, kepergianku ini untuk mengejar karirku, di samping itu juga aku ingin  bisa melupakan Ridwan yang telah menghancurkan hatiku dengan janji-janji palsunya. Luka itu nyaris mengering bahkan hampir tak berbekas lagi. Apalagi sejak Ahmad hadir mengisi hari-hariku, juga menyita waktu kerjaku. Namun kenapa luka baru bersama Ahmad ini, ternyata memancing luka lama  yang aku derita untuk bersekongkol memporak porandakan hatiku hingga titik yang aku rasa sulit untuk bangkit kembali. Tak kupungkiri, grafik karirku tak pernah ada menurun, di satu sisi, memang itu dulu tujuanku merantau jauh dari kampung halaman. Tapi, aku  digoyahkan oleh fitrahku sebagai manusia yang mendambakan kebahagian yang paling hakiki.

Awalnya perkenalanku dengan Ahmad dari media sosial ini, sempat meluluhkan hatiku untuk menerima cintanya, pesonanya yang membuat aku lupa akan segala-galanya, janjinya yang membuat aku percaya padanya, dan apa yang ia katakan aku ikuti, tapi, ternyata itu semua hanyalah kepalsuan saja tak jauh beda dengan apa yang Ridwan lakukan. Cuma bedanya hubunganku dengan Ridwan bertahan sampai empat tahun, dan dengan Ahmad hanya bertahan sampai enam bulan. Tetapi, kehadiran Ahmad yang sesaat ini mampu menambah luka yang ada di hatiku. Pedih, ku rasakan saat itu, hancur luluh hatiku, air mata keluar tak bisa aku kendalikan, dan langkah kakiku pun tak terarah.

Dan tak terasa aku berhenti di tepian pantai, kakiku tak mampu untuk berjalan lagi, aku terduduk lesu tak berdaya, hanya suara ombak yang menderu-deru yang mengerti akan apa yang terjadi pada diriku. "Tiiiiiiiiiiiidaaaaaaakkkk...!" Aku berteriah sekuat tenagaku hingga akhirnya aku tak tahu apa yang terjadi denganku.

Keesok harinya, aku tersadar, terbaring di sebuah tempat tidur yang asing bagiku, mataku melihat ke sana, ke mari, namun tak terlihat satupun orang yang ada di dekat ku. Aku mencoba bangkit dari tempat tidurku, tapi, tanganku banyak terdapat selang-selang impus; " Oh, My Good!" Hanya kata-kata itu yang mampu aku katakan.

Bersambung ke Bianglala Masa Lalu Bagian 2

Posting Komentar

11 Komentar

  1. Vita wanita karier yang sukses, namun kurang beruntung dimasalah percintaan

    sakit memang kalau cinta dikhianai
    ahhh ... aku jadi takut

    aku tunggu kisah Vita selanjutnya
    aku berharap Vita akan menemukan kebahagiaannya ...

    BalasHapus
  2. Ridwan dan Yuni ini memang serasi. Mungkin jodohnya Vita, ya, Andika itu. Tapi entahlah. Hanya prediksi saya. Ditunggu bagian kedua.

    BalasHapus
  3. Masih terlalu cepat untuk mengira-ngira, lanjutkan mbak..

    BalasHapus
  4. Sepertinya Vita ini sedang mengalami stress tingkat tinggi akibat ditinggalkan 2 laki2. Menarik ditunggu apakah Andika akan menambah luka di hatinya atau diakah yg akan menjadi dokter cinta bagi Vita?
    Maaf sedikit kritik, penyebutan "aku" di awal cerita knp di tengah cerita berubah jadi Vita? Ini sedikit membingungkan ketika membacanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, mas, awal cerita menyebut aku karena belum masuk ke alam hayalan, sedangkan menyebut Vita itu sedang menghayal. hehe

      Hapus
  5. setiap orang punya jalan cerita yang berbeda-beda.,
    banyak orang / teman yang sukses dengan dunia karier soal pekerjaan., tapi belum tentu sukses dalam dunia percintaan.

    dalam dunia percintaan, menurutku ngak usah mengucapkan janji2 segala bila tidak bisa menepati, karena itu akan menyakitkan dan menjerumuskan pasangan itu sendiri.., lebih baik bicara apa adanya dan berusaha mewujudkan semua apa yg pernah di ucapkan.

    BalasHapus
  6. Mmm.. Sepertinya beban bathin yang sudah tidak bisa di tampung oleh vita menyebabkan ia pingsan di pinggir pantai..

    BalasHapus
  7. Sepertinya Vita ini sedang mengalami stress tingkat tinggi akibat ditinggalkan 2 laki2. Menarik ditunggu apakah Andika akan menambah luka di hatinya atau diakah yg akan menjadi dokter cinta bagi Vita?
    Maaf sedikit kritik, penyebutan "aku" di awal cerita knp di tengah cerita berubah jadi Vita? Ini sedikit membingungkan ketika membacanya..

    BalasHapus
  8. ridwan semoga dapat hidup bahagia :D

    salam mbae

    BalasHapus
  9. Semoga andika tidak menambah luka dihati vita.

    BalasHapus
  10. Nah akhirnya sudah baca bagian pertama, kembali lagi ke bagian kedua. Mondar-mandir deh hehe

    BalasHapus