Recents in Beach

Yang Sesungguhnya (Bagian 2 )



Yang Sesungguhnya Bagian 2


Baca cerita sebelumnya. Namun perasaan teduh dan bahagia justru dirasa oleh Dhela, meski kalut dalam hati karena perjodohan yang tak diharapkan, dengan kedatangan Renata sahabat sejatinya hati yang layu seakan mendapat pupuk sehingga kembali sumringah.

Desas-desus kian riuh; "Kok bisa ya? Dhela si cewek elit paket komplit berteman dengan sampah."

Bahkan ada pula yang lantang memaki "Hei sudah-sudah pelukannya lama banget, nanti kotor itu gaun."

"Iya Dhela, itu pipi kamu nanti kadasen dan panuan loh pake cipika-cipiki segala."

"Ahh! Renata nggak di kampus nggak di sini, dan di acara apapun kok kedatangan kamu selalu saja jadi benalu ya?! Perusak suasana," giliran Anita yang dengan fasihnya nyinyir tanpa menengok tata krama acuh tentang menjaga perasaan.

"Huuuu….." Hadirin yang di dominasi OKB (orang kaya baru) yang koya dan belagu bersorak riuh seakan mendukung dan setuju dengan berbagai hujatan yang dilontarkan pada Renata.

Renata perlahan melepas pelukannya dan berpaling ke arah hadirin yang hadir, meski dihujat, dicaci maki, dan dicerca hinaan sadis namun ekspresi dan rautnya tak menampakkan terhina, tak lantas murung Renata tetap menampakkan kesejukan hati yang murni, rasa teduh tanpa dengki dan benci.

Renata mengukir senyum yang tulus kemudian dengan tenang ia angkat bicara; "Selamat siang semua hadirin terhormat yang telah datang di pernikahan sahabat saya, Dhela."

Semua undangan yang hadir terdiam dari tertawanya, ruangan itu sunyi seketika seakan tak berpenghuni dan mereka seakan terbius oleh kalimat Renata yang begitu lembut didengarkan. Padahal sebelumnya berbagai cemooh terlempar telak pada dirinya.

Sedangkan Dhela yang berdiri di samping Renata tersenyum geli melihat tamu undangan terdiam seketika.

"Baiklah, apabila cara saya berpakaian ini kurang berkenan oleh hadirin semua, saya akan melepas pakaian ini di sini," lanjut Renata sambil tangannya melepas satu persatu kancing gaunnya dengan tenang.

"Hahahaha...!"

"Woe Loe gila yaa? Otakmu taruh dengkul?"

"Buahahahah koplak!! Ini nih orang gila baru! Apa karena terlampau miskin terus depresi?"

"Hee heiii!!! Kamu mau bugil? Ya ampun kalau sudah putus urat malu kamu jangan di sini, sana di pinggir jalan saja mangkal sama perek-perek murahan, itupun kalau kamu laku, lihat tampilan kumuh kamu yang ada malah muntah dan nggak ada yang booking."

Kembali ruangan itu gaduh, suara umpatan-umpatan vulgar, kasar dan frontal, tawa mereka pun meledak karena olah Renata yang begitu konyol, ada pula sebagian undangan menutup mata saat melihat Renata melepas kancing gaunnya.

"Jangan kamu lakukan itu, Renata." Teriak Daniel sambil berlari ke atas pelaminan.

Renata tak menghiraukan teriakan Daniel, tangannya terus membuka kancing gaun satu persatu hingga seluruh kancing gaun terbuka dan perlahan terlepas dari tubuh Renata, Daniel yang sampai di depan Renata tercengang tak dapat berkata apa-apa hanya pandangan takjub yang terpancar dari kedua bola matanya.

Sedangkan kedua mempelai hanya bisa tersenyum simpul. Dan begitu pula para undangan yang merasa takjub akan apa yang mereka lihat di depannya. Kini sesosok Renata berdiri dengan tenang, dan nampak anggun dengan gaun sutra merah jambu yang Renata kenakan. Tak hanya itu, di setiap sisi terdapat manik-manik yang terbuat dari berlian, kilaunya begitu mempesona.

Suasana hening tak ada sedikitpun suara, bahkan Anita dan kawan-kawan mulutnya terasa terkunci tak mampu berkata-kata bahkan tertawa lagi.

Dhela meraih tangan kiri Renata. Dan kemudian Dhela pun berkata; "Sesungguhnya, Renata yang berdiri di samping saya ini adalah seorang putri tunggal dari pemilik hotel ini, dan sekaligus pemilik perusahan terbesar di kota ini. Dia adalah satu dari sedikit contoh teladan yang kalian tak sadari, dia begitu sederhana, menerapkan pola hidup sederhana, jauh dari foya, ria dan angkuh. Cara dan sudut pandang serta penerapan pola hidup Renata sebenarnya adalah tamparan bagi kalian, tamparan bagi Anita dan kawan-kawan. Banyak orang selalu memandang segala sesuatu hanya dari satu sisi, tak hati-hati dalam menilai, gegabah dan arogan, ini adalah hikmah lewat pernikahan kami, yang akhirnya memaksa Renata menunjukkan diri siapa dia sebenarnya. Kalian sadar bukan? Lain kali hati-hati dengan cara bicara, cara memperlakukan orang, teman dan saudara, meskipun orang itu levelnya tak sebanding dengan kalian, tapi sadarilah setiap orang punya posisi dan peran masing-masing." Dhela menghentikan kalimatnya.

Mendengar kalimat dan seuntai petuah mutiara dari Dhela semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, begitu juga Anita dan semua teman kampusnya. Mereka merasa menyesal karena cemoohan yang di lemparkan ke Renata selama ini dan di pernikahan mewah Dhela dan James.

Renata melepas tangannya dari pegangan Della, lantas Renata menghampiri Daniel yang masih berdiri mematung di tempat, perlahan tangan Renata meraih tangan Daniel, kemudian membawa Daniel turun dari pelaminan. Para tamu undangan matanya tertuju ke arah dua sosok yang berjalan beriringan di atas karpet warna merah. Ya, sesosok yang sangat serasi, entah apa yang di pikirkan para undangan hingga akhirnya suara Renata memecahkan keheningan; "Silahkan dilanjutkan acaranya."

Mendengar suara Renata, pelayan hotel itu dengan sigap bekerja sesuai target masing-masing. Ya, begitulah segala sesuatu yang tak bisa terduga, seperti Renata yang memiliki kesederhanaan, ternyata ia anak dari seorang yang kaya raya. Namun, meskipun demikian Renata tak pernah menyombongkan dirinya, bahkan rela dihina dengan penampilannya yang sederhana.

Tak terasa malam pun tiba acara resepsi pernikahan Della dan James telah berakhir, para undangan satu persatu sudah pun meninggalkan hotel itu, namun Anita, Sinta, dan teman-teman kapus Renata belum beranjak dari tempatnya duduk. Anita berdiri diikuti oleh yang lainnya kemudian mereka berjalan kearah Renata dan meminta maaf atas segala kesalahan yang mereka lakukan selama ini. Renata dengan tenang dan dengan ketulusan hatinya memberi maaf kepada seluruh teman-temannya. Daniel dosen bahasa Inggris tersenyum bahagia melihat adegan di depannya. Dhela dan James pun ikut tersenyum lega dan merekapun berpelukan.


Penulis: (Kolaborasi)
Muhammad Arbain & Lisa Nel



Catatan: Cerita fiksi, dan apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun jalannya cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Posting Komentar

0 Komentar