Recents in Beach

Balada Sebuah Mimpi By DJacka Dan Lisa Nel



Pagi yang cerah, perasaan haru dan tangis menyelimuti keluargaku di saat aku pamit untuk pergi ke luar negeri menjadi TKW. Setahun Setelah lulus SMA aku bertekad bekerja ke luar negeri, karena ingin merubah pandangan miring para tetangga tentang keluargaku yang memang hidup serba pas-pasan. Dan yang membuat aku menangis, hingga sekarang aku masih teringat peristiwa itu, di mana saat aku sedang berkumpul dengan gadis-gadis sebayaku di kampung.

Tiba-tiba salah satu diantara mereka ada yang menyinggungku.   "Anak sawahan kok pede banget ya berkumpul dengan anak-anak kuliahan..." kata-kata itu sungguh menyakitkan bagiku.

Aku berpikir "Apakah pergaulan harus di tentukan dengan status sosial..?? atau kah gadis miskin sepertiku tidak layak bergaul dengan anak orang kaya..??" Aku sempat berontak pada Tuhan..Dimana keadilanmu Ya Allah... kenapa engkau takdirkan hambamu ini hidup miskin jika tak KAU ijinkan aku berkumpul dengan orang berada.??"

Pada suatu malam sehabis maghrib, aku mencoba berbicara pada ibuku, meminta agar melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah, agar aku tak lagi menjadi bahan olokan oleh teman-temanku. Namun air mataku kembali mengalir saat kulihat butiran bening menetes di pipi ibuku. "Sebenarnya ibu juga ingin Vita bisa sekolah lebih tinggi,  Tapi kita juga harus sadar,  Kita ini orang miskin, jangankan untuk biaya kuliah, untuk makan sehari-hari saja susah," ku dengar suara ibu yang terbata-bata. "Iya bu,  Vita juga sadar semua itu, maafin Vita ya bu," ku peluk ibu dengan isak tangis.

Di samping pintu, ku lihat ayahku yang sedari tadi mendengar pembicaraanku dengan ibu juga seakan-akan menahan air matanya agar tak jatuh, Namun butiran bening itu jatuh juga di pipi ayahku. Kuhampiri dan ku peluk  ayah, air mata pun membanjiri pipiku.. "Maafin Vita ya Yah, Vita telah membuat hati ayah terluka dengan ucapan Vita ," kataku sambil ku peluk ayah erat-erat. "Maafin ayah juga ya nak, ayah memang tak sanggup menyekolahkan Vita hingga perguruan tinggi," kata ayah sembari melepaskan pelukannya dan mengusap air mataku.


********


Sebulan kemudian, salah seorang kerabatku di kampung sebelah pulang dari luar negeri. Setelah ku ceritakan keadaan diriku, akhirnya aku di tawari untuk ikut bekerja di luar negeri. Aku pun setuju dengan ajakan kerabatku tersebut. Meskipun awalnya kedua orang tuaku tidak menyetujuinya, namun akhirnya mereka setuju dengan keputusanku untuk bekerja di luar negeri. Setelah segala sesuatunya di persiapkan, pagi itu aku memang benar-benar menguatkan tekadku dengan maksud ingin merubah nasib keluargaku. Meskipun tak kuasa ku menahan tangis karena harus berpisah untuk waktu yang lama dengan ayah dan ibuku, namun aku berusah tegar karena tekadku sudah bulat. Dan hari itu juga Aku pergi melangkahkan kaki meningalkan kampung halaman.

Tiga bulan kemudian, setelah ku mengikuti proses dan pelajaran bahasa, di sebuah PJTKI di Jakarta yang memberangkatkan ku ke Negara Taiwan, akhirnya aku bisa berangkat  pada hari itu  tepatnya tanggal 20 pembruari 2003. Bandara Sukarno Hatta terpampang dihadapanku, hati berdebar, air mata membasahi pipi, ya, sesaat lagi Aku akan meninggalkan Tanah Air tercinta demi sebuah cita-cita.


*******


Sesampai di Taiwan Aku merasakan begitu asing, mencium bau masakkan pun terasa mau muntah. Setelah proses medical selesai Aku diantar kerumah majikkan, dan di ajari cara-cara bekerja, Aku mendapat job menjaga nenek (sakit parah), dengan tekad yang membara Aku pun bisa menyesuaikan diri dan bisa memahami jadwal kerjaku, meskipun kerjaan ini terasa berat buatku tapi Aku tidak boleh menyerah.

Setahun kemudian nenek yang Aku jaga meninggal dunia, "Oh Tuhan...cobaan apa lagi yang Engkau Berikan," Rintihan hatiku. setelah nenek meninggal Aku pun di kembalikan di agensi yang bertanggung jawab di Taiwan, apa boleh buat nasib sudah begini, dengan hati iklas ku siap kembali ke Tanah Air, namun takdir berbicara lain, Aku gak jadi di pulangkan ke Indonesia melainkan mendapat tawaran kerja di sebuah Toko baju.

Pagi itu hari pertama ku bekerja di tempat baru, bos sangat baik, mengajari berbagai cara bekerja dan mengenali bahan-bahan  baju yang ada ditoko itu. Lelah memang kerja di sebuah toko yang cukup ramai pengunjung, namun keramahan bos membuatku betah dengan kerjaan ini.


Saat dunia tanpa nada
Senyumku akan hadir
Ku mencari dimanakah
Tempat curahkan isi hati



Ringtone ponselku yang di lantunkan Gita Gutawa membuat ku terkejut, tanpa pikir panjang ku raih ponselku. "Halo...,"

" Hello, may I speak with the Vita?" suara itu membuat ku terkejut.

" Yes, I own and you are?" jawabku ketus.

"Still remember with Dika?" seakan suara itu meledek ku.

Dika ?? Ku berpikir sejenak, "hmmmmm... apa mungkin ini Dika teman SMA ku," kataku dalam hati. Dika satu-satunya teman baik ku sewaktu di bangku SMA, kami berpisah karena Dika melanjutkan studi di Luar kota, dan sejak itu kami tak tau kabar masing-masing.

"Are you Dika my high school friends?" jawabku penuh dengan keraguan.

"ha ha ha.. Yes, I Dika your high school friend, How are you? jawabnya menyakinkan Aku.

Akhirnya kami pun saling berbagi cerita. sejak itu Dika menemaniku meskipun cuma dengan berbagi pesan singkat. Dari bimbingan Dika, Aku bisa belajar banyak hal, selain itu Aku belajar berbagai hal dari orang sekelilingku.


*******

Hari berganti hari tahun pun telah berganti, Tiga tahun tak terasa ku lewati , suka dan duka telah ku lalui, dan tibalah Aku kembali ke Tanah Air tercinta, tapi kepulangan ku ketanah air hanya dua minggu. Dari kepulanganku ini, ternyata anggapan miring tentang diriku masih saja terdengar dari orang-orang yang tak menyukaiku.

Bahkan ada juga yang mengatakan aku melakukan pekerjaan hina saat di luar negeri. Meskipun hati ini terasa sakit, namun ibuku selalu menguatkan ku untuk selalu tabah menjalani semua cobaan. Dua minggu sudah aku di kampung halaman, meskipun masih kangen sama orang tua dan keluarga lainnya, Akhirnya ku meninggalkan Tanah Air kembali.

Kedatangan ku kedua kalinya Di Taiwan kembali mendapat job menjaga nenek dan kakek dari keluarga yang kaya raya tapi sederhana dalam kehidupan hari-hari.  Karena ada pengalaman kerja selama tiga tahun ku tak sedikit pun kesulitan dari segi bahasa maupun kerja.

Hari yang cerah, hari yang membahagian Tepat satu tahun aku kerja disini, Siang itu saat Aku mau memcuci baju, bos memangilku, antara percaya dan tidak saat mendengar bos tawari ku melanjutkan study, tapi aku harus pindah kerja di pabrik , tawaran dari bos belum ku terima begitu saja meskipun ini cita-citaku, aku segera hubungi Dika minta pertimbangan, dukungan dari Dika membuatku semangat, dan menerima tawaran itu.


********

National Chiao Tong University  (NCTU)  tampak megah di hadapanku, tanpa ragu ku memasuki ruangan itu,  dimana beberapa teman menyambutku dengan senang hati dan penuh persahabatan, meskipun Aku orang asing tapi mereka tak membeda-bedakan.  Kami pun saling berkenalan satu sama lain. Ternyata mereka pun berasal dari Luar Negara juga, ada yang dari philipin, Vetnam, Thailan, Jepang dan Amerika, sungguh sangat menyenangkan bisa bertemu dengan mereka.

Setelah jam pelajaran habis Aku pun terus pulang. Sesampai di rumah ku segera cuci muka dan  pergi istirahat sejenak, karena beberapa jam lagi Aku harus bekerja, ya, memang berat rasanya bekerja dan study, tapi ini sudah tekad tertanam di hatiku. Belum sempat Aku memejamkan mata, ponselku berbunyi, panggilan dari Dika, dia mengajak ku untuk buka usaha bersama, peluang ini tak ku biarkan begitu saja, akhirnya kami pun bersepakat membuka usaha bersama.

Empat tahun kemudian, Liku-liku kehidupan yang ku jalani dan harus berpisah dengan kedua orang tua, kini tibalah Aku pulang ke Tanah air kembali, dengan membawa sejuta kenangan selama di Taiwan.


********


Mobil  Nissan Grand Livina melaju perlahan memasuki kampung itu, dan berhenti disebuah bangunan tua di sudut desa, warga desa itu yang tau siapa yang datang segera menghampirinya, seorang wanita berkaca mata hitam keluar dari mobil itu, dan tersenyum ramah ke mereka yang ada di tempat itu, " Neng vita, meskipun sudah menjadi pengusaha sukses, juga bertitel sarjana Luar Negara, tapi keramahan dan kesederhanaan tak pernah hilang dari pribadinya," itulah bisik-bisik mereka.

Kini Vita Gadis Kampung bisa menyandang gelar sarjana luar negeri dan menjadi pengusaha sukses yang dermawan.  Namun gelar itu tak membuat vita menyombongkan diri.

Bahkan teman-teman sebayanya yang dulunya sering menghina dirinya, kini di rekrut untuk menjadi karyawan di perusahaannya.


*****Tamat*****




Catatan Pengarang:
DiTulis oleh (kolaborasi) - Lisa Nel dan Djacka
Editor Gambar oleh- Lisa
Cerita ini fiksi juga tidak bagus tapi mengandung hikmah tersendiri, dalam kehidupan sehari-hari.
  1. Bersabarlah di saat cobaan datang menghampiri kita, dan Berusahalah untuk bangkit dari keterpurukan.
  2. Tetaplah tawadhu' (rendah hati ) dan janganlah menyombongkan diri terhadap orang lain di saat kita sedang berpunya, meskipun terhadap seseorang yang telah menghina kita.
  3. Jangan pernah meremehkan hal kecil, karena hal sekecil apapun dapat menghancurkan yang besar. Dan janganlah menyombongkan diri atas kebesaran kita, karena kesombongan dapat membuat diri kita lemah.
  4. Belajar bukan hanya di bangku sekolah, namun kita bisa belajar dari kehidupan sekeliling kita. Dan dari sanalah kita bisa belajar apa arti sebuah perjuangan yang sesungguhnya.

Posting Komentar

0 Komentar